Tuhan Telah Menetapkan Rezeki Kita Bukan Pada Jumlahnya Tetapi Pada Syaratnya
Sahabat saya yang berhak bagi sebesar-besarnya rezeki,
Marilah kita mulai dengan menerima formula yang ketetapannya sudah dibuktikan sejak lahirnya kemanusiaan, bahwa:
Rezeki kita kecil, jika kita bernilai kecil bagi orang lain.
Rezeki kita besar, jika kita bernilai besar bagi orang lain.
Dan satu lagi,
Rezeki itu bukan hanya uang.
Rezeki itu meliputi semua rahmat Tuhan bagi kita, yang bisa berupa kesehatan, kedamaian, ilmu, keluarga yang sejahtera dan berbahagia, nama baik, dan pengaruh yang besar untuk memajukan kebaikan dan mencegah terjadinya keburukan.
Dan yang tertinggi nilainya dari semua rezeki adalah IMAN kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Apakah ada yang lebih indah daripada hidup dalam keimanan, berpamitan dari kehidupan dunia dalam keimanan, dan memasuki surga dalam keimanan?
Maha Besar Tuhan, dengan semua kekuasaan dan kasih sayang-Nya.
Maka,
Marilah kita mulai dengan menerima formula yang ketetapannya sudah dibuktikan sejak lahirnya kemanusiaan, bahwa:
Rezeki kita kecil, jika kita bernilai kecil bagi orang lain.
Rezeki kita besar, jika kita bernilai besar bagi orang lain.
Dan satu lagi,
Rezeki itu bukan hanya uang.
Rezeki itu meliputi semua rahmat Tuhan bagi kita, yang bisa berupa kesehatan, kedamaian, ilmu, keluarga yang sejahtera dan berbahagia, nama baik, dan pengaruh yang besar untuk memajukan kebaikan dan mencegah terjadinya keburukan.
Dan yang tertinggi nilainya dari semua rezeki adalah IMAN kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Apakah ada yang lebih indah daripada hidup dalam keimanan, berpamitan dari kehidupan dunia dalam keimanan, dan memasuki surga dalam keimanan?
Maha Besar Tuhan, dengan semua kekuasaan dan kasih sayang-Nya.
Maka,
Marilah kita membesarkan nilai kita bagi orang lain, dan mengikhlaskan penghitungan imbalannya kepada Tuhan.
Janganlah seperti dia yang malas, penunda, dan peragu, tetapi yang galak menyalahkan orang lain yang tidak memuliakan kehidupannya.
Orang yang malu untuk mengajukan dirinya yang bernilai – dan menghindari bekerja bagi keuntungan banyak orang, harus berani menjadi orang yang tidak dibutuhkan.
Orang yang tidak dibutuhkan, tidak akan dinilai.
Karena,
Tingginya kebutuhan orang lain atas peran kita, menentukan tingginya penghargaan atas kehadiran kita.
Janganlah juga seperti dia yang malas untuk menjadikan dirinya pandai,
menunda pekerjaan bagi kebaikan orang lain,
dan meragukan kemungkinan berhasil dari rencana-rencananya sendiri;
tetapi marah dalam doa-doanya yang menuduh Tuhan berlaku tidak adil.
Tuhan Maha Adil.
Yang bernilai bagi orang lain, akan dijadikan-Nya bernilai.
Apakah kita sampai hati,
meminta Tuhan menjadikan orang yang malas, tidak jujur, dan penggerutu – untuk hidup dalam keindahan yang disediakan untuk jiwa-jiwa baik yang bermanfaat bagi saudaranya?
Ada kepantasan bagi segala sesuatu.
Jika yang kita minta besar, maka pantaskanlah diri kita untuk menerima yang besar.
Dan jika kita mengeluhkan kecilnya penghormatan orang lain kepada kita, mungkin itu adalah pemberitahuan untuk memeriksa yang sedang kita lakukan,
agar kita tidak melanjutkan sikap dan perilaku yang memantaskan kita bagi penghormatan kecil dari orang lain.
Perhatikanlah, bahwa
Selalu ada pemberitahuan untuk memperbaiki diri didalam keluhan kita sendiri.
………..
Dan untuk adik-adik saya yang besar impiannya,
Jadikanlah kehadiran mu di antara orang banyak, sebagai kehadiran yang menguntungkan.
Jika rezeki mu penting, maka pentingkanlah peran mu bagi kebaikan orang lain.
Jadikanlah diri mu pandai, rajin, dan jujur.
Tuhan telah menetapkan rezeki kita.
Bukan pada jumlahnya, tetapi pada syaratnya.
Maka,
Jadikanlah diri mu pandai, agar rezeki mu adalah rezeki orang yang pandai, yang bermanfaat bagi banyak orang karena ilmunya.
Rajinkanlah diri mu, agar rezeki mu adalah rezeki orang yang melakukan banyak hal yang menyenangkan banyak hati, yang menjernihkan kehidupan orang yang sedang kalut, yang menguatkan mereka yang sedang lemah, dan yang menunjukkan jalan keluar bagi mereka yang sedang tersesat.
Jujurkanlah diri mu, agar rezeki mu adalah rezeki orang yang amanah dalam memangku tugas, yang menasehatkan kebenaran, dan menasehatkan kesabaran.
Jadikanlah yang kau lakukan sebagai bukti dari kebenaran yang kau katakan.
Dan janganlah engkau mengatakan yang tidak akan kau lakukan.
Setialah kepada yang benar.
Jadikanlah diri mu teladan dalam penyetiaan diri kepada yang benar,
karena dengannya Tuhan akan mengutus semua kekuatan di alam ini untuk menjadi pembuka jalan bagi mu, menjadi pemelihara kebaikan mu, dan menjadi penjaga dari fitnah dan keburukan.
Apakah tadi aku mendengar hati mu mengatakan, amien …?
Adikku, itu penting sekali.
Apa pun yang baik dari perkataan orang yang kau dengar atau yang kau baca, katakanlah ‘amien …’ dengan setulus-tulusnya, karena dengannya engkau menjadikan kebaikan yang dikatakan dan dituliskan itu sebagai doa mu.
Dan karena engkau mengatakannya bersama banyak orang yang juga mendengar dan membacanya, maka sebetulnya kekuatan dari doa mu dikalikan dengan pelipatan yang sangat besar.
Sudah lebih jelas sekarang bagi mu, mengapa engkau dianjurkan untuk bergaul dengan mereka yang baik?
Dalam pergaulan yang baik, engkau akan selalu menemukan kebaikan, engkau akan mendengar dan membaca kebaikan, yang cukup dengan sedikit keikhlasan mu untuk mengucapkan amien …, akan memaafkan tahun-tahun panjang yang pernah kau lewatkan tanpa doa dan ibadah, dan menggantikannya dengan masa kini dan masa depan yang lebih lapang dan damai.
Engkau adalah kekasih Tuhan.
Maka berlakulah yang pantas bagi kedekatan yang demikian indah dengan Tuhan.
………..
Sahabat saya yang terkasih,
Begitu dulu ya?
Mudah-mudahkan Tuhan menguatkan kita untuk mencapai perubahan besar yang sudah lama kita niatkan itu.
Apakah tadi Anda mendengar diri Anda mengatakan ‘amien …’?
Super!
Marilah kita tetap bersaudara dan bersahabat dalam kebaikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar